Sabtu, 25 Agustus 2012

Fokus

Fokus adalah sebuah kata yang simpel dan mudah diucapkan, tapi untuk melakukannya sangat sulit. Perlu latihan dan kebiasaan untuk melakukan fokus, sama halnya dengan sabar. Saya pernah merasakan manfaat fokus (saya katakan pernah, karena saya memang jarang sekali bisa fokus), kebetulan kejadiannya sekitar 2 minggu yang lalu saat masih bulan ramadhan. Saya diminta tolong oleh tante saya, seperti super hero saya langsung bilang "Oke tante".
Tante : Wan, ntar sore tolong ambilkan kelapa yang disana tu ya!!
Saya  : (terdiam sebentar lalu menyanggupinya) iya tante...
Tante : Jangan bilang kamu gak bisa manjat?

Sebenarnya saya pernah manjat tu pohon kelapa, cuma karena susah banget + tinggi pula tu pohon dan saya udah pernah hampir jatuh dari itu pohon, jadi masih sedikit trauma. Tapi belum sempat saya memberikan alasan yang tepat karena takut, tante saya langsung bilang

Tante : Laki-laki kok gak bisa manjat
Saya  : (Cari alasan) Bukan gak bisa tante, tapi karena ini bulan puasa jadi gak terlalu fit n cepat capek, hehe... (sebelum dipotong saya langsung kasih penjelasan yang lebih logis) tapi tenang tante, kalo gak bisa pake fisik kan masih bisa gunakan otak (sambil nyengir) hehe

Tante : Iya harus itu..
Saya  : (Amaan) hihihi
Saya langsung cari bambu panjang dan kawat untuk dijadikan "sengget" (alat buat mengambil barang yang tempatnya di atas) dan langsung cabut ke TKP, setelah saya gunakan sengget tu ternyata sangat susah karena kawatnya lebih sering tersangkut ke daun daripada ke buah kelapa, saya pun cepat kehabisan tenaga karena terus mengangkat bambu ke atas, akhirnya saya putuskan untuk manjat, tapi setelah setengah jalan penyakit trauma saya kambuh, saya hanya bisa terdiam ditengah-tengah pohon selama beberapa menit, karena malu kalau pulang tidak membawa hasil, saya hanya melihat ke atas, dimana kepala-kelapa tu terkumpul, dan saya tidak melihat kemanapun lagi, perlahan-lahan saya coba memanjat, semakin saya lihat semakin saya merasa buah kelapa itu dekat, sehingga saya terus memanjat, sedikit demi sedikit kelapa itu terlihat mendekat dan terus mendekat, sampai akhirnya saya sampai di atas begitu cepat tanpa saya sadari, bahkan saat saya masih ketakutan. 
Karena sudah di atas, saya beristitahat sebentar, lalu mulai menjatuhkan buah-buah kelapa, akhirnya saya pulang tidak dengan tangan hampa. Setelah beberapa waktu saya berfikir, kok bisa ya, padahal saya waktu turun masih ketakutan, akhirnya saya menyadari bahwa tadi saat memanjat saya sedang fokus untuk ke atas dan memikirkan hal yang lain, termasuk ketakutan saya akan jatuh dari pohon 

Selamat mencoba!!!
 

Senin, 16 Juli 2012

Kembalinya Sang Maestro :)

Sudah lama nggak nulis, ingin merasakan fantasinya dunia tulisan lagi.
Oke mari kita mulai dengan apa yang telah ku alami selama beberapa dekade terakhir.

Ternyata sejak tulisan terakhirku "Meledak" aku telah 2 kali berpindah kos, walaupun sebenarnya kos yang ku tempati tidak sebagus gambar di atas. Karya terakhirku terbit saat aku masih magang di Total Balikpapan. Setelah sekian lamanya aq juga sudah bergonta-ganti pekerjaan dari pengantar brosur, penjual roti sampai jadi waiter dan koki
Sekarang aku masih berusaha menyelesaikan tugas akhirku sebagai mahasiswa di perguruan tinggi negeri Samarinda. Seharusnya aku mampu menyelesaikan kuliah ini tahun lalu tapi karena aku mengikuti program Coop yang diadakan oleh pemerintah selama 6 bulan, perkuiahankupun terbengkalai, bahkan ada nilai yang tidak bisa didapatkan, sehingga aku terpaksa mengikuti mata kuliah yang sama tahun berikutnya. 
 
Saat ini aku juga sudah beberapa kali berganti objek penelitian tugas akhir, karena beberapa permohonan penelitian di tempat-tempat itu ternyata ditolak, dengan berbagai alasan yang mereka berikan bahkan ada yang tanpa alasan. Hari ini aku kembali memasukkan lagi dua permohonan di dua perusahaan yang berbeda, hasilnya kita tunggu 3 hari kemudian.

Dari segi pendidikan, aku merasa sangat jauh tertinggal dari teman-teman sebayaku. Aku merasakan beban yang sebenarnya tidak perlu ku pikirkan, beban yang kurasakan karena banyaknya temanku yang sudah lulus dan bekerja dan tidak sedikit juga yang melanjutkan S2, belum lagi saat pergi ke kampus aku melihat banyak sekali mahsiswa baru dan tidak ada teman yang dulu ku kenal di sana. Hal ini menyadarkanku bahwa aku sekarang berada diujung tanduk angkatan, dengan kata lain yang lebih sering dipakai di lingkungan kampus dengan sebutan "angkatan tua".


Dengan serpihan semangat yang terpecah di segala arah, aku mulai menemui teman-teman yang senasib denganku. Mereka ku ajak untuk berlomba lulus secepat mungkin, walaupun sekarang aku terlihat di peringkat paling akhir, namun yang pasti aku telah melakukan tindakan yang tepat, karena semangatku mulai pulih kembali sedikit demi sedikit.

Teman-temanku seangkatanku yang sudah lebih dahulu meninggalkan kampus, ternyata ada juga dari mereka yang masih menambah jumlah penggangguran di Indonesia. Kadang aku tidak bisa mengerti mengapa mereka begitu pilih-pilih dalam pekerjaan, apa memank karena gelar sarjana yang akan segera ku dapatkan, atau memang sesulit itu menghadapi persaingan dunia kerja. 


Aku tidak perduli apa yang akan terjadi nanti, yang pasti aku sudah punya pilihan untuk menyandang gelar "Sarjana", yaitu kerja, bisnis dan kuliah S2. 


Pilihan pertama jatuh pada mengambil beasiswa S2 yang dianjurkan oleh ibu yang telah melahirkanku, kemudian disusul kerja di peringkat kedua dan bisnis. Yang sebenarnya ku inginkan adalah bisnis di peringkat pertama, namun dengan alasan menyenangkan orang tua yang juga sedang berusaha meraih gelar S2, maka anaknya diharapkan melebihi orang tuanya. Keinginan terbesarku saat ini adalah membangun lapangan futsal namun karena membutuhkan modal dalam meraihnya maka aku putuskan kerja diurutan nomor dua, disamping itu juga aku belum ada bayangan bisnis yang akan ku tekuni akan bergerak di bidang apa, apakah itu hiburan (entertain), pendidikan (education) atau perdagangan (trade) dsb.

Yang pasti aku harus TETAP BERGERAK, karena berhenti berarti MATI